Sabtu, 09 Januari 2016

PERKEMBANGAN GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL DI INDONESIA


 
Kapitalisme semakin menunjukkan perkembangannya di era Globalisasi. Paham ini menempatkan dua posisi paling mencolok dalam kehidupan masyarakat. Satu posisi, dimana orang atau kelompok sebagai pihak yang mengeksploitasi dan satu posisi lain sebagai pihak yang tereksploitasi. Kondisi ini mendorong munculnya suatu kelompok masyarakat untuk memberontak dan memprotes eksploitasi yang terjadi, serta menuntut akan hak dan kepentingan yang ingin didapat. Kelompok tersebut berupa masyarakat sipil yang tergabung dalam suatu komunitas, organisasi dan juga kelompok keagamaan seperti gerakan Islam Transnasional. Kelompok ini tidak hanya bergerak dalam hal spiritual saja, tapi juga dalam hal perpolitikan, sosial, serta aspek lainnya untuk dapat mencapai tujuannya. Sehingga tak heran jika gerakan ini mampu untuk memberi pengaruh terhadap politik suatu negara dan bahkan dalam dunia Internasional.

Definisi mengenai gerakan islam transnasional dalam buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan oleh wahid institute 2009 terbagi menjadi dua, radikal dan moderat. Secara radikal kelompok ini didefinisikan sebagai Individu atau organisasi yang memutlakkan pandangannya dan tidak toleran terhadap perbedaan dan argumen kelompok lain. Sedangkan secara moderat, kelompok ini didefinisikan sebagai Individu yang menghargai perbedaan berkeyakinan sebagai fitrah; tidak mau memaksakan keyakinannya pada orang lain, baik melalui pemerintah atau bukan; menolak cara-cara kekerasan atas nama agama dalam bentuk apapun; menolak berbagai bentuk pelarangan unruk menganut pandangan dan keyakinan yang berbeda sebagai bentuk kebebasan yang konstitusi negara kita; pancasila dan NKRI sebagai konsensus final (hal 48). Secara simpel, gerakan islam internasional dapat diartikan sebagai gerakan keagamaan Islam yang bergerak di lintas negara atau dunia internasional.

Karakteristik Gerakan Islam Internasional:
ü  Bersifat transnasional
ü  Ideologi gerakan tidak lagi bertumpu pada konsep nation-state, melainkan konsep umat
ü  Didominasi oleh corak pemikiran skripturalis fundamentalisme atau radikal
ü  Secara parsial mengadaptasi gagasan dan instrumen modern

Indonesia merupakan negara yang tak ketinggalan untuk dimasuki gerakan islam yang besifat lintas negara ini. Setidaknya terdapat enam gerakan islam transnasional di negara tersebut:
o   Ikhwanul Muslimun
o   Hizbut Tahrir
o   Jihadi
o   Salafi Dakwah dan Salafi Sururi
o   Jamaah Tabligh (Gerakan Dakwah)
o   Syiah
1.        Ikhwanul Muslimun (IM)
Persebaran IM kurang lebih di 70 negara, mulai dari  Eropa, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara hingga Amerika Serikat dan Kanada. Hingga kini pusat jaringan di IM Mesir. Sifat jaringan ini sangat fleksibel dan setengah tertutup. Nama  gerakan berbeda-beda di setiap negara. Meskipun demikian, semua disatukan oleh pemikiran dan metodologi  Ikhwan. Kekuatan utama  gerakan ini  adalah pembentukan kelompok-kelompok pengajian (halaqoh). Secara umum,  gerakan Ikhwan sekarang ini terbelah dalam dua arus besar: Ikhwan Tarbiyah dan Ikhwan Jihad.

-         Ikhwanul Muslimun Tarbiyah
Ikhwan  versi tarbiyah  merupakan ikhwan versi resmi. Secara internasional dikendalikan oleh Mursyid Am ketujuh yaitu  Muhammad Mahdi Akif. Ikhwan versi Tarbiyah tidak terlalu radikal. Tujuan utamanya tetap, yaitu membentuk “daulah Islamiyah”. Namun, cara yang ditempuh bersifat  non-kekerasan. Mereka dapat memanfaatkan istrumen demokrasi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Kemenangan partai Ikhwan di  Aljazair, FIS, menjadi momentum penting bahwa  jalur tarbiyah, moderat dan parlementarian, dapat menemukan efektivitasnya. Model  tarbiyah kemudian  diterima secara luas di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Model ini sekarang menjadi katup penyelamat penting, tatkala  Ikhwan Jihadi sedang terpukul di beberapa negara. Jalur Tarbiyah memasuki Indonesia  pada dekade 1980-an.  Tokoh penting yang mengusung jalur ini adalah  Rahmat Abdullah dan  Hilmi Aminudin Hasan. Ada tiga  jalur penting pengembangan Ikhwan Tarbiyah di Indonesia: 1) Kelompok Usroh di kampus 2) alumni Timur Tengah 3) Alumni LPPIA. Pertemuan  tiga jalur inilah yang selanjutnya melahirkan PKS sekarang ini.

2.       Hizbut Tahrir
Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia berawal dari para aktivis masjid kampus Mesjid Al-Ghifari, IPB Bogor. Dibentuk kemudian halaqah-halaqah (pengajian-pengajian kecil) untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan HT. Sebuah konferensi Internasional soal Khilafah Islamiyah digelar di Istora Senayan pada 2002. Konferensi juga menandai lahirnya organisasi Hizbut  Tahrir di Indonesia. Organisasi ini langsung memproklamirkan diri sebagai  partai politik  yang berideologi Islam, namun menolak  bergabung dengan sistem politik yang ada. Penolakan ini merupakan bentuk  baku dari  HT Internasional. Pimpinan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) sekarang adlah Hafidz Abdurrahman. Dalam pengembangannya, sasaran  dakwah HT  adalah masjid-masjid  jami di kabupaten.

3.       Jihadi (IKHWANI DAN SALAFY)
Mewabahnya gerakan Jihadi dipicu oleh perang Afganistan. Bahan  baku utama gerakan  ini terutama berasal dari gerakan Ikhwan sayap radikal  dan  Salafy sayap radikal. Pemikir besarnya adalah Abdullah Azzam, Aiman Zawahiri, dan Sheikh Abu Muhammad Al Maqdisy. Sedang operator  utamanya adalah  Usamah bin Laden (berbeda dalam nama dan bahasa, namun bersatu dalam bentuk dan tujuan muhtalilifah al Asma’ wa al lughat Muttahidah al Asykal wa al aghrad). Pertemuan antara pengikut ikhwan sayap radikal dan salafy radikal inilah yang menjadi tiang utama  gerakan jihadi. Pengikut gerakan  ini sebagian besar adalah alumni  Afgan, Moro dan Chechnya. Sedangkan Bahan baku gerakan jihadi di Indonesia  terutama berasal dari  aktivis  Darul Islam (DI) Faksi Abdullah Sungkar. Dalam konteks rekrutmen dan  pematangan  jamaah jihad,  Abdullah Sunkar dan Baasyir merupakan tokoh kunci. Basis pendukung  gerakan Jihadi umumnya masih didominasi  pengikut DI, khususnya  jaringan  pesantren Ngruki serta  alumni Afgan dan Moro.

4.       Salafi Dakwah dan Salafi Sururi
Gerakan Salafi Dakwah merupakan bagian dari paham Wahabi. Gerakan ini untuk membendung pengaruh Ikhwanul Muslimin, Syiah, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabliqh dan  aliran lainnya. Gerakan ini berkembang secara internasional melalui  jaringan guru-murid ulama-ulama Wahabi dan dukungan dana pemerintah Arab Saudi. Tokoh sentral gerakan ini adalah Bin Bazz, Nashiruddin Al-Bani, dan  Skheh Mugbil. Pendekatan : tekstual, kemurnian aqidah, dan apolitik. Gerakan salafi  baru muncul di Indonesia pada awal dekade 1980-an. Alumni LIPIA angkatan pertama, kini menjadi tokoh terkemuka di kalangan salafi. Generasi pertama LIPIA tersebut sangat anti terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin, Hizbut tahrir, Jamaah Tabligh dan Darul Islam. Di Indonesia sendiri, banyak sekali kalangan salafi termasuk sururiyah atau yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Oleh karena modus pengembangan berbasis pesantren, maka gerakan salafy di Indonesia umumnya bertabrakan langsung dengan konstituen NU.  Hal ini sudah terjadi di NTB di mana sejumlah konflik terbuka sudah berlangsung. Meskipun secara teoritis dapat seiring dengan Persis, namun dalam kenyataannya Salafy cenderung mengambil jarak dengan Persis. Salafy juga mengambil sikap konfrontatif dengan Ikhwan, Syiah maupun Jamaah Tablig.

5.       Jama’ah Tabligh (Gerakan Dakwah)
Gerakan ini Apolitik dan merupakan gabungan antara wahabisme dan suffisme. Ia menjadi  bahan baku  bagi gerakan sunni radikal (Harakatul Mujahidin). Jamaah Tabligh di Indonesia mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Sasaran  utama pengembangan  Jamaah Tablig  umumnya   kalangan perkotaan  terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan  ada minat terhadap  sufisme. Sebanyak 20.000 anggota jamaah tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia.

6.       Syi’ah
Secara kultural, Syi’ah telah masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah dalam bentuknya yang taqiyah. Setelah terjadi Revolusi Islam Iran (1979), pada awal gerakannya bersifat intelektual, namun sejak kehadiran alumnus Qum gerakan Syi’ah mulai mengembangkan Fiqh Syi’ah, sehingga muncullah lembaga-lembaga Syi’ah. Syi’ah di Indonesia ada dua corak: Syi’ah Politik, untuk membentuk Negara Islam (para pengikut ide-ide politik dan intelektual Syi’ah)Syi’ah non politik, untuk membentuk masyarakat Syi’ah (para pengikut fiqhiyah syi’ah).

Gerakan Islam Transnasional di Indonesia ini akan terus berkembang. Gerakan ini akan menggerogoti basis-basis gerakan Islam lokal. Basis Muhammadiyah  di perkotaan  umpamanya, sekarang ini sedang digerogoti oleh jamaah Ikhwan dan HT. Jamaah tabligh mengerogoti beberapa konstituen penting NU di perkotaan. Sedangkan gerakan salafi, berusaha mengambil jamaah NU puritan dengan pendekatan pesantren. Adapun Jamaah Tabligh  sedang mengincar komunias-komuntas sufi. Untuk sementara ini, konflik besar antara gerakan Islam lokal dan gerakan Islam Transnasional memang belum terjadi. Namun, letupan-letupan kecil sudah terjadi, seperti kasus di NTB.

Sesama  jaringan internasional di Indonesia ternyata  terlibat  ketegangan yang kuat. Jamaah  Ikhwan umpamanya, tidak pernah bertemu dengan  HT.  Sedangkan Salafi  sangat getol  mengecam  gerakan Ikhwan, HT, maupun Jamah Tablig. Meskipun terjadi persaingan yang serius,  semua gerakan transnasional tersebut ternyata bertemu dalam agenda   terwujudnya pemerintahan Islam.  Kecuali Salafi Dakwah  dan  Jamaah Tablig yang, untuk sementara, bersifat apolitik. Apabila melihat kecenderungannya, maka jamaah Ikhwan, HT dan Syiah  tampaknya  paling berpotensi untuk terus membesar.  Ketiga jaringan ini untuk masa yang akan datang menjadi saingan serius gerakan Islam lokal. Gerakan Islam lokal (Sunni moderat) tampaknya paling ketinggalan dalam kompetisi  global ini. Hal ini karena, gerakan Islam lokal semata-mata berbasis nation-state  dan tidak mempunyai  jaringan internasional yang kuat.  




Daftar Pustaka:

1 komentar: