Kapitalisme
semakin menunjukkan perkembangannya di era Globalisasi. Paham ini menempatkan
dua posisi paling mencolok dalam kehidupan masyarakat. Satu posisi, dimana
orang atau kelompok sebagai pihak yang mengeksploitasi dan satu posisi lain
sebagai pihak yang tereksploitasi. Kondisi ini mendorong munculnya suatu
kelompok masyarakat untuk memberontak dan memprotes eksploitasi yang terjadi,
serta menuntut akan hak dan kepentingan yang ingin didapat. Kelompok tersebut
berupa masyarakat sipil yang tergabung dalam suatu komunitas, organisasi dan
juga kelompok keagamaan seperti gerakan Islam Transnasional. Kelompok ini tidak
hanya bergerak dalam hal spiritual saja, tapi juga dalam hal perpolitikan,
sosial, serta aspek lainnya untuk dapat mencapai tujuannya. Sehingga tak heran
jika gerakan ini mampu untuk memberi pengaruh terhadap politik suatu negara dan
bahkan dalam dunia Internasional.
Definisi
mengenai gerakan islam transnasional dalam buku Ilusi Negara Islam yang
diterbitkan oleh wahid institute 2009 terbagi menjadi dua, radikal dan moderat.
Secara radikal kelompok ini didefinisikan sebagai Individu atau organisasi yang
memutlakkan pandangannya dan tidak toleran terhadap perbedaan dan argumen
kelompok lain. Sedangkan secara moderat, kelompok ini didefinisikan sebagai
Individu yang menghargai perbedaan berkeyakinan sebagai fitrah; tidak mau
memaksakan keyakinannya pada orang lain, baik melalui pemerintah atau bukan;
menolak cara-cara kekerasan atas nama agama dalam bentuk apapun; menolak
berbagai bentuk pelarangan unruk menganut pandangan dan keyakinan yang berbeda
sebagai bentuk kebebasan yang konstitusi negara kita; pancasila dan NKRI
sebagai konsensus final (hal 48). Secara simpel, gerakan islam internasional
dapat diartikan sebagai gerakan keagamaan Islam yang bergerak di lintas negara
atau dunia internasional.
Karakteristik Gerakan Islam Internasional:
ü Bersifat transnasional
ü Ideologi gerakan tidak lagi bertumpu pada
konsep nation-state, melainkan konsep umat
ü Didominasi oleh corak pemikiran skripturalis
fundamentalisme atau radikal
ü Secara parsial mengadaptasi gagasan dan
instrumen modern
Indonesia
merupakan negara yang tak ketinggalan untuk dimasuki gerakan islam yang besifat
lintas negara ini. Setidaknya terdapat enam gerakan islam transnasional di
negara tersebut:
o Ikhwanul Muslimun
o Hizbut Tahrir
o Jihadi
o Salafi Dakwah dan Salafi Sururi
o Jamaah Tabligh (Gerakan Dakwah)
o Syiah
1. Ikhwanul
Muslimun (IM)
Persebaran IM kurang lebih di 70 negara, mulai
dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara hingga Amerika
Serikat dan Kanada. Hingga kini pusat jaringan di IM Mesir. Sifat jaringan ini
sangat fleksibel dan setengah tertutup. Nama gerakan berbeda-beda di
setiap negara. Meskipun demikian, semua disatukan oleh pemikiran dan
metodologi Ikhwan. Kekuatan utama gerakan ini adalah
pembentukan kelompok-kelompok pengajian (halaqoh). Secara umum, gerakan
Ikhwan sekarang ini terbelah dalam dua arus besar: Ikhwan Tarbiyah dan Ikhwan
Jihad.
- Ikhwanul
Muslimun Tarbiyah
Ikhwan versi tarbiyah merupakan ikhwan
versi resmi. Secara internasional dikendalikan oleh Mursyid Am ketujuh
yaitu Muhammad Mahdi Akif. Ikhwan versi Tarbiyah tidak terlalu radikal.
Tujuan utamanya tetap, yaitu membentuk “daulah Islamiyah”. Namun, cara yang
ditempuh bersifat non-kekerasan. Mereka dapat memanfaatkan istrumen
demokrasi untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Kemenangan partai Ikhwan
di Aljazair, FIS, menjadi momentum penting bahwa jalur tarbiyah,
moderat dan parlementarian, dapat menemukan efektivitasnya. Model
tarbiyah kemudian diterima secara luas di beberapa negara, termasuk di
Indonesia. Model ini sekarang menjadi katup penyelamat penting, tatkala
Ikhwan Jihadi sedang terpukul di beberapa negara. Jalur Tarbiyah memasuki
Indonesia pada dekade 1980-an. Tokoh penting yang mengusung jalur
ini adalah Rahmat Abdullah dan Hilmi Aminudin Hasan. Ada tiga
jalur penting pengembangan Ikhwan Tarbiyah di Indonesia: 1) Kelompok Usroh di
kampus 2) alumni Timur Tengah 3) Alumni LPPIA. Pertemuan tiga jalur
inilah yang selanjutnya melahirkan PKS sekarang ini.
2. Hizbut
Tahrir
Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia berawal dari para
aktivis masjid kampus Mesjid Al-Ghifari, IPB Bogor. Dibentuk kemudian
halaqah-halaqah (pengajian-pengajian kecil) untuk mengeksplorasi
gagasan-gagasan HT. Sebuah konferensi Internasional soal Khilafah Islamiyah
digelar di Istora Senayan pada 2002. Konferensi juga menandai lahirnya
organisasi Hizbut Tahrir di Indonesia. Organisasi ini langsung memproklamirkan
diri sebagai partai politik yang berideologi Islam, namun
menolak bergabung dengan sistem politik yang ada. Penolakan ini merupakan
bentuk baku dari HT Internasional. Pimpinan HTI (Hizbut Tahrir
Indonesia) sekarang adlah Hafidz Abdurrahman. Dalam pengembangannya,
sasaran dakwah HT adalah masjid-masjid jami di kabupaten.
3. Jihadi (IKHWANI DAN SALAFY)
Mewabahnya gerakan Jihadi dipicu
oleh perang Afganistan. Bahan baku utama gerakan ini terutama
berasal dari gerakan Ikhwan sayap radikal dan Salafy sayap
radikal. Pemikir besarnya adalah Abdullah Azzam, Aiman Zawahiri, dan
Sheikh Abu Muhammad Al Maqdisy. Sedang operator utamanya adalah
Usamah bin Laden (berbeda dalam nama dan bahasa, namun bersatu dalam
bentuk dan tujuan - muhtalilifah al Asma’ wa al lughat Muttahidah al
Asykal wa al aghrad). Pertemuan antara pengikut ikhwan sayap radikal dan salafy radikal inilah
yang menjadi tiang utama gerakan jihadi. Pengikut gerakan ini
sebagian besar adalah alumni Afgan, Moro dan Chechnya. Sedangkan Bahan baku gerakan jihadi di Indonesia
terutama berasal dari aktivis Darul Islam (DI) Faksi Abdullah
Sungkar. Dalam konteks rekrutmen dan pematangan jamaah jihad,
Abdullah Sunkar dan Baasyir merupakan tokoh kunci. Basis pendukung
gerakan Jihadi umumnya masih didominasi pengikut DI, khususnya
jaringan pesantren Ngruki serta alumni Afgan dan Moro.
4. Salafi
Dakwah dan Salafi Sururi
Gerakan Salafi Dakwah merupakan bagian dari paham Wahabi. Gerakan ini untuk
membendung pengaruh Ikhwanul Muslimin, Syiah, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabliqh
dan aliran lainnya. Gerakan ini berkembang secara internasional
melalui jaringan guru-murid ulama-ulama Wahabi dan dukungan dana
pemerintah Arab Saudi. Tokoh sentral gerakan ini adalah Bin Bazz, Nashiruddin
Al-Bani, dan Skheh Mugbil. Pendekatan : tekstual, kemurnian aqidah, dan
apolitik. Gerakan salafi baru muncul di Indonesia pada awal dekade
1980-an. Alumni LIPIA angkatan pertama, kini menjadi tokoh terkemuka di
kalangan salafi. Generasi pertama LIPIA tersebut sangat anti terhadap kelompok
Ikhwanul Muslimin, Hizbut tahrir, Jamaah Tabligh dan Darul Islam. Di Indonesia
sendiri, banyak sekali kalangan salafi termasuk sururiyah atau yang mempunyai
pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Oleh karena modus
pengembangan berbasis pesantren, maka gerakan salafy di Indonesia umumnya
bertabrakan langsung dengan konstituen NU. Hal ini sudah terjadi di NTB
di mana sejumlah konflik terbuka sudah berlangsung. Meskipun secara teoritis
dapat seiring dengan Persis, namun dalam kenyataannya Salafy cenderung
mengambil jarak dengan Persis. Salafy juga mengambil sikap konfrontatif dengan
Ikhwan, Syiah maupun Jamaah Tablig.
5. Jama’ah
Tabligh (Gerakan Dakwah)
Gerakan ini Apolitik dan merupakan gabungan antara wahabisme dan suffisme.
Ia menjadi bahan baku bagi gerakan sunni radikal (Harakatul
Mujahidin). Jamaah Tabligh di Indonesia mempunyai anggota yang cukup banyak.
Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis seperti
Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Sasaran
utama pengembangan Jamaah Tablig umumnya kalangan
perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan ada
minat terhadap sufisme. Sebanyak 20.000 anggota jamaah tabligh siap khuruj ke
berbagai pelosok di Indonesia.
6. Syi’ah
Secara kultural, Syi’ah telah
masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan Islam ke Nusantara melalui jalur
perdagangan dan dakwah dalam bentuknya yang taqiyah. Setelah
terjadi Revolusi Islam Iran (1979), pada awal gerakannya bersifat intelektual,
namun sejak kehadiran alumnus Qum gerakan Syi’ah mulai mengembangkan Fiqh
Syi’ah, sehingga muncullah lembaga-lembaga Syi’ah. Syi’ah di Indonesia ada dua corak: Syi’ah Politik, untuk membentuk
Negara Islam (para pengikut ide-ide politik dan intelektual Syi’ah). Syi’ah non politik, untuk
membentuk masyarakat Syi’ah (para pengikut fiqhiyah syi’ah).
Gerakan Islam Transnasional di Indonesia ini akan
terus berkembang. Gerakan ini akan menggerogoti basis-basis gerakan Islam lokal. Basis Muhammadiyah
di perkotaan umpamanya, sekarang ini sedang digerogoti oleh jamaah Ikhwan
dan HT. Jamaah tabligh mengerogoti beberapa konstituen penting NU di
perkotaan. Sedangkan gerakan salafi, berusaha mengambil jamaah NU puritan
dengan pendekatan pesantren. Adapun Jamaah Tabligh sedang mengincar
komunias-komuntas sufi. Untuk sementara ini, konflik besar antara gerakan Islam
lokal dan gerakan Islam Transnasional memang belum terjadi. Namun,
letupan-letupan kecil sudah terjadi, seperti kasus di NTB.
Sesama jaringan internasional di Indonesia
ternyata terlibat ketegangan yang kuat. Jamaah Ikhwan
umpamanya, tidak pernah bertemu dengan HT. Sedangkan Salafi
sangat getol mengecam gerakan Ikhwan, HT, maupun Jamah Tablig.
Meskipun terjadi persaingan yang serius, semua gerakan transnasional
tersebut ternyata bertemu dalam agenda terwujudnya pemerintahan
Islam. Kecuali Salafi Dakwah dan Jamaah Tablig yang, untuk
sementara, bersifat apolitik. Apabila melihat kecenderungannya, maka jamaah
Ikhwan, HT dan Syiah tampaknya paling berpotensi untuk terus
membesar. Ketiga jaringan ini untuk masa yang akan datang menjadi saingan
serius gerakan Islam lokal. Gerakan Islam lokal (Sunni moderat) tampaknya
paling ketinggalan dalam kompetisi global ini. Hal ini karena, gerakan
Islam lokal semata-mata berbasis nation-state dan tidak mempunyai
jaringan internasional yang kuat.
Daftar Pustaka:
ndak ada sumber dai buku apa bang ?
BalasHapus